Tentang Rasa Cinta
Cinta merupakan suatu
keadaan perasaan yang sifatnya kuat, menakjubkan, mendalam, dan penuh
kelembutan terhadap suatu objek tertentu. Karena merupakan suatu yang
bersifat personal, seringkali cinta dianggap sebagai sesuatu yang tidak
mungkin untuk diteliti secara eksperimental, sehingga para ahli
psikologi pun mengalami kesulitan tersendiri untuk mengungkapkan dan
menjelaskan lebih jauh tentang perasaan cinta ini. Kendati
demikian, menurut para ahli bahwa perekembangan perasaan cinta
seseorang pertama kali dibentuk dan diperoleh terutama dari ibu atau
pengasuhnya pada masa bayi, melalui segenap upaya yang dilakukan ibu
dalam rangka pemenuhan berbagai kebutuhan dasar sang bayi.
Menurut
Maslow, rasa dicintai dan mencintai merupakan salah satu kebutuhan
penting manusia, setelah kebutuhan dasar dan kebutuhan rasa aman. John
B. Watson salah seorang penganut behavioristik meyakini bahwa cinta itu
ditimbulkan dari adanya rangsangan yang berkenaan dengan kulit pada
wilayah erogenous. Pelukan, belaian, usapan dan kecupan halus
seringkali digambarkan sebagai manifestasi dari rasa cinta. Sementara
itu, dari kelompok Psikoanalis menganggap pentingnya menyusui sebagai
bentuk jalinan cinta antara ibu dengan bayi. Menurut John Bowlby bahwa
arti penting menyusui tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
rasa haus atau lapar bayi semata, tetapi juga sebagai bentuk “primary object-clinging,”
yaitu kebutuhan akan keakraban atau kehangatan melalui kontak fisik
dengan sang ibu. Di lain pihak, Erich Fromm (Nana Syaodich Sukmadinata,
2005) mengemukakan bahwa rasa cinta
berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahannya dari yang lain,
dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut
melalui pembentukan suatu persekutuan dengan yang lain. Manusia sebagai
individu berdiri sendiri terlepas dari yang lainnya. Karena kesendirian
dan keterlepasannya dari yang lain ini seringkali merasa kesepian,
merasa cemas, ia membutuhkan seseorang atau orang lain. Berkat adanya
situasi ini tumbuhlah rasa cintanya akan orang lain atau suatu hal di
luar dirinya. “Every person as a separate individual, experiences
aloness. And so we strive actively to overcome our aloness by some form
of love” (May, 1968).
Presscot, (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) mengemukakan beberapa ciri rasa cinta:
Presscot, (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) mengemukakan beberapa ciri rasa cinta:
- Cinta melibatkan rasa empati. Seseorang yang mencintai berusaha memasuki perasaan dari orang yang dicintainya.
- Orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari orang yang dicintainya.
- Orang yang mencintai menemukan rasa senang, dan hal ini menjadi sumber bagi peningkatan kebahagiaan, kesejahteraan, dan perkembangan dirinya.
- Orang yang mencintai melakukan berbagai upaya dan turut membantu orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemajuan.
- Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya.
- Cinta orang tua (cinta ibu atau ayah) kepada anak. Cinta ini cinta murni, sebab tanpa didasari pamrih atau imbalan apapun, cinta orang tua benar-benar ditujukan bagi kepentingan anaknya. Cinta orang yang tulus (unconditional parental love) menjadi dasar bagi pembentukan inti harga diri (core of self esteem) anak (Buss, 1973)
- Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda, antara pria dengan wanita. Cinta ini disebut cinta erotik karena mengandung dorongan-dorongan erotik atau seksual. Pada umumnya, perasaan cinta ini muncul dalam diri seseorang bersamaan dengan munculnya hormon seksual pada saat memasuki masa remaja awal. Jika perasaan cinta ini tidak terkendalikan dengan baik justru akan dapat menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan perilaku seksual.
- Cinta diri sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa bertindak sebagai subjek dan juga sebagai objek. Berkenaan dengan masalah cinta, objek cintanya bisa dirinya sendiri. Kecintaaan terhadap diri sendiri yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mentalnya, dengan apa yang disebut narcisisme.
- Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya.